Skip to main content

Pencerahan Dari Seorang Samurai

Kemarin saya mendapat pencerahan yang sangat mendalam tentang sebuah filosofi kehidupan dari sebuah puisi karya Yamaoka Tesshu, seorang Samurai yang hidup pada periode 10 Juni 1836 – 19 Juli 1888 sekaligus seorang pendeta Zen. Tiga bait puisi ini tertulis dalam Bahasa Inggris :


The moon does not think to be reflected
Nor does the water  think to reflect
In the Hirosawa Pond

Entah apa yang sebenarnya disampaikan oleh Yamaoka. Tapi saya melihat, ini bukan hanya sekedar keindahan bulan yang terpantul di permukaan air. Akan tetapi ada sebuah makna yang sangat dalam tentang kehidupan.

Bagi saya bulan bisa mewakili keindahan, penerangan dan juga bisa mewakili pencerahan. Sementara air, bisa mewakili ketenangan, akan tetapi juga bisa menunjukkan sebuah kekuatan yang tak terbatas.
Jika dianalogikan dalam sebuah konsepsi kehidupan, maka saya mencoba untuk menerka gagasan atau ide inti yang ingin dihadirkan oleh penulisnya.

Pada akhirnya saya berpendapat bahwa seseorang yang suda memilliki kemampuan dan memiliki keilmuan, tidak perlu menunjukkan siap dirinya, tak perlu meminta orang lain untuk menghormatinya, tidak perlu mengangkat pamor dirinya sendiri. Yang perlu dilakukan adalah tetaplah bersinar, tetaplah mengalir, tetaplah membumi.

Setelah mencerna makna selama 24 jam lamanya, saya akhirnya jadi penasaran siapa sih Yamaoka ini. Saya melihat-lihat lagi puisinya yang lain. Ternyata, semua hal yang ia tulis benar-benar menebarkan pencerahan tingkat tinggi.

foto diambil dari https://en.wikipedia.org/wiki/

Bahkan ketika ia sakit parah dan sepertinya paham akan segera meninggalkan dunia ini, ia sempat menuliskan tiga bait puisi.

Sebelumnya saya sama sekali tidak mengenal puisi Yamaoka dan juga profilnya, tapi rasanya jatuhh cinta dengan karya-karyanya. Secara denotative, puisi ini tetaplah indah, akan tetapi secara konotatif puisi ini jauh lebih indah.
Terima kasih Pak Giri Yuwono, Guru saya, yang telah memberikan pencerahan ini….

Jakarta, 13/1/2017


Comments

Popular posts from this blog

Sepeda Ban Gede Enggak Bikin Cape

 Sepeda gendut atau fatbike masih tergolong minim penggemarnya. Hal ini bisa dilihat dari eksistensinya di jalanan, jarang sekali kita lihat sepeda jenis ini. Banyak yang beranggapan, berat lah, capek lah, dan lain-lain sebagainya. Saat orang bilang demikian, saya juga sempet mikir, iya juga kali ya. Apalagi review di Youtube itu sangat sedikit tentang sepeda beginian.  Nah, saya sebenarnya sudah mengincar sepeda gendut ini sejak 3 tahunan lalu. Saat awal-awal pandemi, di mana sepeda jadi booming, dan harganya gila-gilaan. Saat itu, sebenarnya pengen banget meminang sepeda gendut ini, namun karena beberapa alasan akhirnya saya lewatkan. Tapi, dalam tiga tahun itu, saya selalu iseng untuk stalking foto-foto orang lagi gowes pakai sepeda gendut ini.  Keinginan untuk memiliki si sepeda gendut ini kembali muncul di tahun 2023. Bahkan ngebet banget sampai-sampai harus membangun birokrasi yang lebih intensif dan komprehensif dengan  istri tercinta hehehe, untuk bisa membawa si sepeda gendut

Namanya Satria Keenan Arrais

9 bulan 5 hari,  tepat pada tanggal 2 Februari 2013 akhirnya jagoan saya menyapa dunia. Namanya Satria Keenan Arrais, yang artinya seorang pejuang yang memiliki visi tajam dan seorang pemimpin. Tepat lahir di dunia saat azan subuh, hati saya bergetar, senyum terkembang, dan rasa syukur tak terhingga selalu dipanjatkan kepada Allah SWT. Air mata bahagia bercucuran, lalu mengumandangkan azan sambil nangis, gak peduli nadanya fals dan tidak beraturan. Hehe Keenan merupakan anugerah terindah yang pernah saya dapatkan di dunia ini. Ini adalah titipan Allah yang sangat berharga. Campur aduk haru bahagia, tapi di sisi lain,saya harus siap menerima amanah yang maha dahsat ini. Bagaimana tidak, sepanjang hayat saya, saya harus bisa mendidik, membimbing, dan mengarahkan buah hati ini untuk menjadi seseorang yang berakhlak mulia. Proses persalinan istri saya membuahkan cerita unik tersendiri. Tanggal 1 Februari 2013, rencananya saya akan pulang ke Wonogiri mengantarkan istri saya. Karen

Momentum

 Tanggal 1 Juni 2023 akan selalu menjadi pengalaman yang menjadi pelajaran berharga bagi saya.  Bersepeda harusnya menjadi momentum berbahagia, tapi justru ini menjadi nestapa. Kenapa? ya karena karena kurangnya waspada saya kehilangan tas dan seisinya, yaitu dompet berisi surat penting dan ponsel.  Tentu, ini menjadi pelajaran yang sangat mahal bagi saya, keluarga dan orang-orang terdekat saya, agar selalu hati-hati dan waspada dalam menjalankan segala aktivitas.  Pada intinya, saya dijambret. Modusnya, pelaku menggunakan sepeda motor, memepet, meneriaki, dan menepuk pundak saya hingga blank sekitar 2-3 detik, lalu mengambil tas selempang yang melekat di badan. Meski sempat melakukan perlawanan dan berusaha mempertahankan tas, tapi apa daya, momentum itu berada di tangan si penjambret. Momentum hilang tas pun melayang.  Dari situ, saya terus menganalisis dari kejadian yang saya alami. Ternyata momentum itulah yang sangat krusial. Karena seharusnya, dalam momentum kontak mata yang hany