Skip to main content

narkoba the real terror

Narkoba, Teror Yang Sebenarnya
Pantas saja kejahatan narkotika digolongkan sebagai kejahatan yang sangat serius. Pantas juga, para pendekar anti narkoba selalu mengingatkan agar semua rakyat Indonesia tidak sekalipun coba-coba mengonsumsi narkoba. Pantas pula, pemerintah selalu mengingatkan betapa pentingnya  pengguna narkoba untuk segera bertobat dan berobat sebelum terlambat. Pantas pula jika sebagian besar rakyat Indonesia geram dengan banyaknya bandar yang masing beredar. Jangan salahkan juga jika rakyat meminta para bandar segera dijamah timah panas. Mari kita ingat, dalam urusan narkoba, negara ini sedang berada dalam situasi darurat.
Fakta terus berbicara, dari tahun ke tahun fakta jahatnya narkoba yang mencengangkan mata selalu menghiasi layar kaca dan mencuri perhatian para kuli tinta untuk menempatkannya dalam editorial maupun tajuk rencana. Semua orang ramai berkomentar dan membicarakan narkoba, ketika kejadian buruk menimpa. Tiga tahun silam, 22 Januari 2012, Afriyani menewaskan 12 pejalan kaki karena mengemudi dengan ugal-ugalan usai menenggak ekstasi. Tidak lama berselang, Novi yang mengemudi mobil di bawah pengaruh narkoba juga menabrak sejumlah pejalan kaki. Meski tidak menghilangkan nyawa, tapi itu tetap mengancam keselamatan jiwa dirinya dan juga orang lain.
Saat tidak ada hal buruk terjadi gara-gara narkoba, orang sepertinya kembali terlena dan lupa, karena hingar bingar politik atau persoalan ekonomi mungkin lebih menarik untuk dilihat dan didengarkan. Pada saat yang sama, kita tidak sadar bahwa banyak saudara kita yang meregang nyawa karena dampak dari narkoba. Data mengatakan, puluhan anak bangsa meninggal setiap harinya gara-gara narkoba.
Sekarang kita dihadirkan lagi dengan fakta yang memilukan. Selasa lalu, Christopher, seorang anak muda yang diketahui studi di Amerika, mengemudikan mobil secara membabi buta hingga membuat empat keluarga berduka. Empat orang meninggal dunia akibat ulah Christopher yang mengemudi tanpa etika. Hal ini diperburuk dengan fakta bahwa Chris mengonsumsi narkotika.
Apakah kita hanya menjadi penonton saja yang menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya? Ataukah kita hanya akan jadi komentator saja yang mengomentari apa terlanjur terjadi?
Fakta jelas di pelupuk mata betapa jahatnya narkoba. Berapa banyak orang yang harus kehilangan kesempurnaan hidupnya gara-gara narkoba. Jelas, bencana ini harus dicegah, ditangkal dan diselesaikan. Masa darurat kian melekat, dan masyarakat harus semakin peduli karena satu atau dua meter di samping kanan atau kiri anda, narkoba sudah mengintai Anda, atau keluarga.
Tidak ada garis batas yang begitu tegas, karena narkoba bisa melibas segala batas. Anda pasti belum lupa, narkoba telah menghancurkan kehidupan sang guru besar, para abdi negara, hakim yang mulia hingga musisi tenar. Tak ada kriteria sasaran, karena memang narkoba seolah ingin masuk ke segala lini pertahanan bangsa ini.
Stop cuek, stop apatis, stop pura-pura tuli akan masalah ini. Pandanglah keluarga sebagai benteng terkecil bangsa ini. Jika benteng pertama hancur, tentulah benteng-benteng selanjutnya akan tergempur hingga lebur.
Mari rekonstruksi kembali diri kita, sejauh mana kita sudah berbuat untuk membuat sebuah perbedaan di tengah-tengah masyarakat. Upaya apa yang sudah kita perbuat untuk membuat orang lain buka mata bahwa narkoba ancaman bangsa yang sangat nyata.
Ingat, narkoba itu teror nyata dan sebenar-benarnya teror yang selalu bergentayangan dan tiba-tiba bisa menyergap kita semua. Seperti kata Bang Napi, waspadalah, waspadalah...
Penulis selalu ingat dengan sebuah pesan maknawi dari seorang motivator, Pak Nanang Kosim. Setiap hari, kita harus selalu membuat password kehidupan, karena kelak itu akan menjadi sebuah kunci untuk kehidupan sukses di masa yang akan datang.
Ciptakannlah sejuta kata kunci dalam hidup, tapi jangan lupakan satu kata kunci yang satu ini, “Tuhan, hindarkan diri dan keluarga kami dari narkoba”. Semoga kata-kata sederhana ini akan menjadi salah satu password yang kokoh, dan akan terkonversi menjadi semangat yang kuat dalam setiap jengkal gerak dan langkah manusia. (budi)

Comments

Popular posts from this blog

Sepeda Ban Gede Enggak Bikin Cape

 Sepeda gendut atau fatbike masih tergolong minim penggemarnya. Hal ini bisa dilihat dari eksistensinya di jalanan, jarang sekali kita lihat sepeda jenis ini. Banyak yang beranggapan, berat lah, capek lah, dan lain-lain sebagainya. Saat orang bilang demikian, saya juga sempet mikir, iya juga kali ya. Apalagi review di Youtube itu sangat sedikit tentang sepeda beginian.  Nah, saya sebenarnya sudah mengincar sepeda gendut ini sejak 3 tahunan lalu. Saat awal-awal pandemi, di mana sepeda jadi booming, dan harganya gila-gilaan. Saat itu, sebenarnya pengen banget meminang sepeda gendut ini, namun karena beberapa alasan akhirnya saya lewatkan. Tapi, dalam tiga tahun itu, saya selalu iseng untuk stalking foto-foto orang lagi gowes pakai sepeda gendut ini.  Keinginan untuk memiliki si sepeda gendut ini kembali muncul di tahun 2023. Bahkan ngebet banget sampai-sampai harus membangun birokrasi yang lebih intensif dan komprehensif dengan  istri tercinta hehehe, untuk bisa membawa si sepeda gendut

Namanya Satria Keenan Arrais

9 bulan 5 hari,  tepat pada tanggal 2 Februari 2013 akhirnya jagoan saya menyapa dunia. Namanya Satria Keenan Arrais, yang artinya seorang pejuang yang memiliki visi tajam dan seorang pemimpin. Tepat lahir di dunia saat azan subuh, hati saya bergetar, senyum terkembang, dan rasa syukur tak terhingga selalu dipanjatkan kepada Allah SWT. Air mata bahagia bercucuran, lalu mengumandangkan azan sambil nangis, gak peduli nadanya fals dan tidak beraturan. Hehe Keenan merupakan anugerah terindah yang pernah saya dapatkan di dunia ini. Ini adalah titipan Allah yang sangat berharga. Campur aduk haru bahagia, tapi di sisi lain,saya harus siap menerima amanah yang maha dahsat ini. Bagaimana tidak, sepanjang hayat saya, saya harus bisa mendidik, membimbing, dan mengarahkan buah hati ini untuk menjadi seseorang yang berakhlak mulia. Proses persalinan istri saya membuahkan cerita unik tersendiri. Tanggal 1 Februari 2013, rencananya saya akan pulang ke Wonogiri mengantarkan istri saya. Karen

Momentum

 Tanggal 1 Juni 2023 akan selalu menjadi pengalaman yang menjadi pelajaran berharga bagi saya.  Bersepeda harusnya menjadi momentum berbahagia, tapi justru ini menjadi nestapa. Kenapa? ya karena karena kurangnya waspada saya kehilangan tas dan seisinya, yaitu dompet berisi surat penting dan ponsel.  Tentu, ini menjadi pelajaran yang sangat mahal bagi saya, keluarga dan orang-orang terdekat saya, agar selalu hati-hati dan waspada dalam menjalankan segala aktivitas.  Pada intinya, saya dijambret. Modusnya, pelaku menggunakan sepeda motor, memepet, meneriaki, dan menepuk pundak saya hingga blank sekitar 2-3 detik, lalu mengambil tas selempang yang melekat di badan. Meski sempat melakukan perlawanan dan berusaha mempertahankan tas, tapi apa daya, momentum itu berada di tangan si penjambret. Momentum hilang tas pun melayang.  Dari situ, saya terus menganalisis dari kejadian yang saya alami. Ternyata momentum itulah yang sangat krusial. Karena seharusnya, dalam momentum kontak mata yang hany