Mengatasi
masalah adiksi bukan perkara mudah. Setelah para pecandu ini pulih dari
ketergantungannya, masalah tidak berhenti sampai di sini, karena pasca pulih
dari kecanduan narkoba mereka dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
Apakah mereka bisa terus clean dan kembali produktif? Atau apakah mereka masih
bisa diterima oleh keluarga atau lingkungannya?
Pertanyaan
besar ini menjadi persoalan yang cukup pelik, dan menyita pemikiran yang sangat
serius, tidak terkecuali oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai leading sector dalam upaya pemulihan
para mantan pecandu narkoba melalui program pascarehabilitasi.
Berbagai
upaya terus dilakukan oleh BNN bersama dengan mitra lainnya baik itu instansi
pemerintah dan juga swasta. Hasilnya, sedikit demi sedikit titik pencerahan
mulai tampak.
Kepala BNN, Anang Iskandar menegaskan
bahwa akselerasi program pascarehabilitasi harus terus diaktualisasikan dan dalam
pelaksanaannya harus merangkul berbagai
pihak terutama pihak swasta. Beberapa waktu lalu, Kepala BNN bahkan menghimbau
pada orang-orang kaya di Indonesia untuk aktif membantu program rehabilitasi
dan pascarehabilitasi. Sehingga, para
mantan pecandu narkoba mendapatkan ruang untuk memiliki kesempatan kerja.
Kepala BNN juga meminta agar media massa
untuk turut berkontribusi secara aktif dalam penyajian informasi penting
terkait dengan aspek pascarehabilitasi di negeri ini.
Sementara
itu, dalam perbincangan yang cukup singkat dan hangat, bersama dengan Direktur
Pascarehabilitasi BNN, Drs Suyono, MM, MBA dijelaskan dengan gamblang bahwa
upaya pembentukan karakter dan pembangunan mental kepada para mantan pecandu
narkoba dalam program pascarehabilitasi memang harus dimulai dari hati.
Bicara
dari hati ke hati, serta rasa tak kenal
lelah baik itu dari segi tenaga, pikiran
dan waktu telah menjadi makanan
sehari-hari bagi para tokoh atau pegiat yang terlibat langsung dalam upaya
pemulihan para mantan pecandu narkoba.
“Jika
semua dimulai dari hati, dan mereka tersentuh, maka akan mudah bagi kita untuk
mendorong dan memberikan semangat pada mereka”, ujar Direktur kepada reporter
Humas BNN.
Optimalisasi Rumah Dampingan
Menurut
Suyono, salah satu bentuk komitmen BNN dalam membentengi para mantan pecandu
agar tidak kambuh menyalahgunakan narkoba, adalah melalui optimalisasi rumah
dampingan. Rumah dampingan bentukan BNN ini terletak di Jalan Cipinang Besar
1A, Jakarta Timur.
Ketika
ditanyakan sasaran apa yang ingin dicapai dari program rumah dampingan ini,
Direktur Pascarehab menjelaskan bahwa program ini diimplementasikan untuk
membangun komunikasi dan jaringan di antara para pecandu narkoba. Sehingga
mereka dapat mendapatkan kemudahan untuk mencari tempat yang nyaman bagi mereka
untuk bersosialisasi dan menata dirinya, lalu membuka kesempatan mereka untuk
mendapatkan pekerjaan.
Secara
garis besar, ada empat aspek yang ingin dicapai dari rumah dampingan ini.
Pertama, para mantan pecandu ini akan mendapatkan kemampuan bersosialisasi yang
lebih baik. Para mantan pecandu narkoba ini akan bertemu dengan orang-orang
yang kompeten dan berkualitas sehingga mereka akan menyerap ilmu dan pengalaman
sehingga pada akhirnya dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lebih
baik.
Selain
mendapatkan kemampuan dalam bersosialisasi, mantan pecandu juga difasilitasi dengan
pelayanan kesehatan yang cukup baik. Di tempat ini tersedia dokter yang siap
untuk memeriksa kesehatan para mantan pecandu dengan prima.
Yang
tak kalah penting, mental para mantan pecandu ini harus kokoh. Karena itulah
rumah dampingan juga memiliki program yang khusus menyentuh spiritual masing-masing individu melalui peran tokoh
agama.
Dari
pantauan tim Humas BNN, rumah dampingan yang diberi nama “Sober House” ini,
dikoordinir oleh satu tim yang terdiri dari 6 orang konselor.
Hampir
setiap dua bulan sekali, rumah dampingan ini menerima 20 mantan pecandu untuk
tinggal dan menjalani program di rumah dampingan ini. Serangkaian program yang
disediakan oleh tim rumah dampingan merupakan langkah optimalisasi institusi
ini untuk membentuk karakter-karakter mantan pecandu yang lebih tangguh.
Selama
satu pekan penuh, mereka diberikan program yang bervariasi. Setiap pagi dalam
sepekan, para mantan pengguna narkoba disuguhi program open circle. Melalui kegiatan ini, mereka diberikan ruang untuk
mencurahkan apa yang mereka rasakan ketika bangun tidur. Kebanyakan memang
merasakan rasa penat, bosan, kesal, dan perasaan buruk lainnya. Sementara itu
bagi peserta lain yang justru memiliki mood yang bagus, juga diminta untuk
membagi perasaannya dengan yang lain. Kegiatan ini setiap harinya rutin
dilakukan, terutama setiap pagi hari.
Program
lainnya yang diberikan adalah support
group (dukungan kelompok), positive
act (kegiatan positif), open
discussion (diskusi terbuka), seminar, dan vocational skill (pelatihan keterampilan kerja).
Khusus
terkait aspek pelatihan kerja, tim konselor di rumah dampingan ini telah
menawarkan konsep pada para mantan pecandu. Tim konselor mengadakan psikotes
pada para mantan pecandu sehingga dapat diperoleh minat dan keingingan mereka
ke depan.
Asah Keterampilan Untuk Tembus Dunia
Kerja
Fredi,
salah satu konselor di rumah dampingan ini mengatakan, timnya akan menyalurkan
minat para mantan pecandu narkoba, yang tujuannya adalah para mantan pecandu
memiliki keahlian yang dapat diaktualisasikan di masa depan.
“Jika
mereka menginginkan bermain musik, maka kami salurkan mereka untuk berlatih
music, dan jika mereka ingin berlatih mekanik, maka kita akan dorong mereka
untuk mengikuti pelatihan tentang mekanik”.
Menurut
Febri, pihak konselor hanya mendampingi dan membimbing mereka, namun jika
memang si mantan pecandu itu tidak ingin maju, maka hal itu kembali lagi ke
masing-masing mantan pecandu.
Namun,
tim konselor tidak akan henti-hentinya memberikan dorongan dan juga pencerahan
kepada para mantan pecandu. Karena faktanya memang banyak sekali mantan pecandu
yang mudah kehilangan semangat, lalu malas melakukan apa pun.
“Kuncinya,
kami akan bicara dari ke hati, dan kami ajak mereka flashback, dan biarkan
mereka bercermin tentang apa yang sudah mereka lakukan selama ini, baik itu hal
buruk ataupun hal yang bagus”, ujar Febri.
Dari
sejumlah mantan pecandu narkoba yang sudah pulih, tidak sedikit di antara
mereka yang sudah bisa kembali bekerja, berwiraswasta bahkan kembali ke bangku
pendidikan.
Dikatakan
oleh Suyono, hal tersebut menjadi kebanggaan teresendiri, karena para mantan
pecandu ini dapat produktif kembali. Pada tahun 2012 lalu, sudah ada dua orang
mantan pecandu narkoba yang berhasil menjalani magang di sebuah tempat
pembuatan souvenir atau karya kerajinan tangan lainnya. Kini kedua mantan pecandu
itu telah mampu menghidupi dirinya sendiri dan juga keluarganya, melalui
pembuatan barang-barang kerajinan tangan.
Pada
dasarnya keinginan para mantan pecandu untuk memiliki pekerjaan atau mata
pencaharian itu cukup tinggi. Menurut Suyono, banyak di antara mantan pecandu
yang menjadi klien rumah dampingan ini, lebih tertarik untuk menekuni
wiraswasta, seperti membuka konter handphone, bengkel motor, atau cuci steam
motor.
Semakin
banyak pecandu yang produktif, secara otomatis mereka dapat menjadi role model
yang ideal dan dapat jadi inspirasi bagi mantan pecandu lainnya yang ingin
bangkit dari keterpurukannya.
“Para
mantan pecandu yang sudah berhasil mendapatkan pekerjaan dan mata pencaharian,
sering datang ke rumah dampingan dan berbagi pengalaman. Harapannya para mantan
pecandu bisa bangkit, dan tentu saja jangan sampai relaps”, kata Suyono.
Saat
memberikan wejangan pada lebih dari 20 mantan pecandu, di rumah dampingan, Rabu
(23/1), Suyono mengingatkan pada para mantan pecandu untuk dapat membangun potensi
diri agar tidak tergilas dengan pertumbungan sosial ekonomi yang kian
berkembang. Menurutnya, pertumbuhan penduduk yang tidak relevan dengan lapangan
kerja yang tersedia menjadi malah yang krusial bagi semua orang, termasuk para
mantan pecandu narkoba.
“Jika
tidak memiliki kemampuan yang prima, lalu apakah bisa bertahan di tengah
kerasnya Jakarta?” imbuh Suyono.
Para
mantan pecandu mutlak harus produktif, karena jika tidak mereka sangat mungkin
untuk kembali kambuh dan terjebak dalam penyalahgunaan narkoba lagi.
Terus Berikan Pencerahan
Oleh
karena itulah, para mantan pecandu ini harus senantiasa berbenah, dan mengggali
potensi diri semaksimal mungkin.
Salah
satu langkah konkret rumah dampingan BNN dalam upaya pencerahan bagi mantan
pecandu narkoba adalah melalui Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Fokus) ,
pada Rabu (23/1). BNN mengumpulkan 20 mantan pecandu untuk mendapatkan
pengarahan dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Dalam
forum diskusi dua arah ini, para peserta menanggapi materi yang disampaikan
dengan cukup responsif. Tidak sedikit di antara peserta diskusi ini yang
berbagi pengalaman terkait dengan sulitnya mendapatkan pekerjaan, hingga
masalah diskriminasi di dunia kerja.
Terkait
dalam dunia usaha atau dunia ketenegakerjaan, memang banyak sekali masalah yang
timbul. Salah satunya adalah stigma negatif yang melekat pada diri mantan
pecandu narkoba. Bagi mereka yang bertato atau bertindik dan kebetulan mantan
pecandu narkoba, seringkali mengalami kesulitan tersendiri saat melamar sebuah
pekerjaan.
Para
mantan pecandu berharap agar stigma itu hilang, dan tidak ada diskriminasi
sehingga mereka dapat menjalani dunia profesi yang sama normalnya dengan orang
lain. Bahkan, seseorang yang dipecat dari sebuah perusahaannya tidak
mendapatkan pesangon gara-gara orang itu menjadi korban kecanduan narkoba.
Menanggapi
hal ini, Eva Trisyana, selaku Kepala Sub Direktorat Penempatan Tenaga Kerja, di
Direktorat Jenderal Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri (PTKDN),
Kemenakertrans RI mengaku pihaknya akan terus memaksimalkan perannya, terutama
dalam pengawasan pada dunia kerja yang dinilai seringkali melakukan
diskriminasi.
“Memang
ini akan menjadi pekerjaan besar bagi kami, namun melalui diskusi tadi, kami
banyak mendapatkan masukan yang aspiratif, terkait dengan banyaknya mantan
pengguna narkoba yang tidak mendapatkan hak-haknya, karena itulah, kami akan
melakukan pengawasan yang lebih komprehensif”, kata Eva kepada Humas BNN.
Sementara
itu, sesuai dengan domainnya, pihak Dirjen PTKDN, akan lebih memperhatikan
nasib para mantan pecandu narkoba yang kesulitan mendapatkan mata pencaharian
karena kemampuan yang terbatas.
Langkah
konkretnya adalah melalui optimalisasi pelatihan-pelatihan vokasional yang
tersebar di wilayah Jakarta bagi para mantan pengguna narkoba yang memang
membutuhkan keterampilan kerja, sehingga nantinya mereka akan semakin terasah
dan dapat berdayaguna di tengah masyarakat.
“Dengan
pelatihan ini, kami ingin menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada mereka, sehingga
angka pengangguran di kalangan mantan pecandu narkoba akan terminimalisir”,
pungkas Eva.
Melalui
kegiatan diskusi tentang dunia ketenagakerjaan ini diharapkan para mantan
pecandu atau recovering addict dapat
memetakan segala permasalahan yang berkaitan dengan hambatan dan kesulitan
dalam memperoleh kesempatan kerja sehingga mereka dapat memahami situasi kerja
yang nyata, yaitu tidak seimbangnya jumlah lapangan pekerjaan
yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja, stigma yang tinggi, diskriminasi
serta tingkat pendidikan yang rendah. Sehingga, para recovering addict dapat
termotivasi untuk meningkatkan keterampilan guna bersaing di pasar kerja dan
juga termotivasi untuk menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga para recovering
addict dapat kembali hidup produktif di tengah – tengah masyarakat.
Salah seorang peserta
diskusi, Antonius Redika, mengaku antusias dengan kegiatan diskusi ini.
Menurutnya, wacana dunia usaha atau ketenagakerjaan memang sangat penting untuk
terus dipahami oleh para mantan pecandu narkoba. Dari penjelasan yang
dipaparkan oleh pejabat Kemenakertrans tadi telah membuka matanya bahwa dunia
kerja sangat terbuka oleh mantan pecandu
narkoba sekalipun, karena memang faktanya banyak pelatihan kerja yang tersedia, dan
dapat jadi bekal untuk berwirausaha.
Harapan Anton tidak muluk, ia
hanya berdoa untuk tetap menjadi orang yang baik, tidak kambuh menyalahgunakan
narkoba lagi, dan terus bisa berkarya untuk bisa berguna bagi orang lain.
Memasuki
tahun baru, telah tampak upaya-upaya yang sedang berjalan, dan akan
diproyeksikan di masa yang akan datang dalam konteks optimalisasi kinerja
pascarehabilitasi.
Banya
aspek yang sangat mungkin untuk digarap lebih matang, dan banyak peluang yang
terbuka lebar untuk dimaksimalkan. Namun semua itu memang butuh jalan yang
panjang, berliku, tapi BNN akan tetap optimis menatap masa depan. Namun semua
itu akan sia-sia jika mental para mantan pecandu itu tetap stagnan dan
terpuruk. (bk)
Comments
Post a Comment