Bagi Anda penggemar Super Man Is Dead pasti kenal akrab dengan
sebuah lagu inspiratif yang berjudul “Jika Kami Bersama”. Ada secuil lirik yang menggelitik saya untuk
membuat sebuah tulisan ringkas nan sederhana. Disebutkan dalam liriknya, “Aku memang
gila memang beda...”. Ya, kadang konsep gila dan beda dalam konteks positif
sangat diperlukan untuk menapaki sebuah perjalanan kehidupan.
Apa yang Anda rasakan ketika anak muda bersatu padu, membuat
karya fenomenal, membuat gebrakan positif yang membuat semua generasi angkat
topi? Sepertinya ini masih mimpi, dan sulit untuk terealisasi. Kira-kira
bisakah terwujud?
Begitu pula dengan penulis yang sedikit skeptis ketika
melihat realita yang ada saat ini. Dari sudut pandang yang umum, hal-hal
negatif masih saja menjadi objek utama yang dilihat pertama kali. Maraknya gank
motor, penyalahgunaan narkoba, tawuran bahkan kriminal lainnya, membuat banyak
pihak cemas akan jadi apa generasi ke depan.
Kehidupan negatif yang berjarak kurang dari 50 meter di depan
mata kita memang kadang membuat kita tidak lagi optimis dengan eksistensi
anak-anak muda saat ini (utamanya dari kalangan pelajar). Tapi tentu pikiran ini harus kita refresh kembali, karena anak muda
pada dasarnya masih menyimpan kekuatan besar untuk menunjukkan sebuah
perbedaan. Perbedaan dalam artian yang positif pastinya.
Banyak fakta yang sudah membuat jiwa kita senang dan tenang
dari kontribusi anak muda kita. Sebutlah gemilang U-19 dengan sepakbola
indahnya, atau sederet ilmuan belia yang berhasil memenangkan kontes adu
kepintaran dalam olimpiade sains seantero jagad.
Dari beberapa fakta menyenangkan ini, penulis juga menemukan
sebuah fakta menyejukkan dari kota kecil bernama Sukoharjo. Fenomena ini bukan
seperti prestasi mendunia, atau sejenisnya. Fenomena ini berlabel, “bersatunya
komunitas anak muda untuk mulai berjalan di koridor kebenaran”.
Secuil optimisme penulis rasakan ketika berbincang dengan
anak muda Sukoharjo. Dari mulut Sigit, ketua Respektor (fans Bondan Prakoso n
Fade To Black), meluncur kisah sejuk yang berkisar bagaimana ratusan anak muda
yang menjadi penggemar band-band papan atas Indonesia yang tadinya berjalan
sendiri-sendiri dan tanpa arah, tapi pada akhirnya dipersatukan untuk saling
respek dengan penggemar band lainnya, tanpa mengusung fanatik yang pathetic, dan mulai merintis kisah baru
dengan lebih kreatif.
Lantas apa yang menarik di balik kisah Sigit? Penulis mendapatkan
fakta bahwa di kota kecil Sukoharjo, terjadi sebuah hal unik yang terkait
dengan bersatunya sejumlah komunitas, dari mulai komunitas musik, olahraga,
seni budaya dan lain sebagainya.
Kegiatan Anti Narkoba
Perekat Komunitas Bersatu
Ternyata, perekat persaudaraan antara sejumlah komunitas ini
adalah motor penggerak berwadah Badan Narkotika Kabupaten Sukoharjo. Gencarnya
kegiatan anti narkoba yang dilakukan oleh BNK Sukoharjo atas prakarsa Agus
Widanarko alias Danar, telah memberikan efek domino pada sekumpulan anak muda
yang ada di Sukoharjo.
Danar dengan gilanya, blusukan ke 1000 kampung, menyentuh
segala lapisan, tentu tak lupa menyentuh komunitas-komunitas anak muda yang
beraneka ragam, dari kalangan pecinta musik hingga pecinta olahraga, hanya
untuk mengampanyekan pentingnya hidup sehat dan anti narkoba.
Kegilaan untuk sosialisasi narkoba ini ditunjukkan dengan
nyata. Danar tidak harapkan imbalan,dan bahkan ia harus merogoh banyak kocek
karena harus menggelar banyak acara, bersentuhan dengan komunitas, tapi sempat
tidak diback up oleh biaya negara.
Hampir dua tahun ia sempat menjalani melakoni kegiatan anti
narkoba berbasis penyuluhan dan aksi masif bersama sejumlah komunitas tanpa
dukungan pemerintah. Kegilaan ini terus ia lakukan, karena cita-citanya
sederhana sekali, yaitu ingin orang-orang mulai memikirkan bahwa narkoba itu bahaya.
Kegilaan ini membuahkan hasil. Salah satu buah dari
blusukannya adalah ia mendaptkan dukungan dari ratusan bahkan ribuan anak muda
yang tergabung dalam sejumlah komunitas. Tepatnya dalam hari musik nasional
beberapa waktu lalu, komunitas musik Sukoharjo semuanya bersatu. Mereka
mengusung satu suara, yaitu cinta musik dan anti dari narkoba.
Tentunya, tidak semua kalangan pecinta musik ini bersih, tapi
tidak semua pecinta musik ini juga kotor. Namun, ketika mereka berkumpul dan
bercampur baur dalam sebuah wadah BNK, yang notabene jelas dan konkret
menyatakan perang terhadap narkoba termasuk minuman keras, membuat banyak
anggota komunitas yang tobat secara mendadak atau juga perlahan lahan.
Ada yang mengaku tobat berhenti pakai narkoba, ada juga yang
berhenti mabuk-mabukan minuman keras. Awalnya memang muncul dari rasa sungkan
terhadap wadah yang mempersatukan mereka, tapi lama kelamaan mereka memang
sadar bahwa gaya hidup sehat memang jadi pilihan utama.
Semua berjalan dengan alami, tak dibuat-dibuat, dan loyalitas
pada hidup positif semakin tumbuh kembang. Hal ini diakui betul oleh Sigit yang
melihat adanya sebuah fenomena hidup positif di lingkungan anak muda Sukoharjo
dengan skala yang cukup besar.
Ia melihat adanya gairah positif yang terus memancar dari
berbagai komunitas yang berbasis di sebuah sekretariat sederhana di BNK
Sukoharjo. Di base camp kecil ini, para anggota komunitas saling berbagi ilmu,
diskusi hal positif dan merancang even yang positif. Kadang ada seminar, ada
coaching clinic guitar, dan juga mendukung kegiatan pendidikan.
Begitu pula dengan sang Koordinator di BNK, Danar yang mulai
melihat adanya titik cerah di kota kecilnya. Ia melihat adanya geliat anak muda
yang ingin berjalan di atas rel yang benar. Indikasinya cukup jelas, banyak
anak jalanan yang mulai peduli tentang pendidikan dan bersedia belajar di
sekolah anak jalanan yang disediakan di sekreriat BNK, sementara itu banyak
anak muda yang proaktif mengabdikan ilmunya untuk mengajari anak-anak jalanan
agar anak jalanan bisa menjadi sesuatu yang lebih berarti. Bukan hanya itu,
banyak anggota komunitas musik berhenti pakai narkoba dan meninggalkan miras,
dan beberapa pebalap liar yang akhirnya sukses menjadi pengusaha. Dan ada
banyak sederet contoh fenomena unik lainnya yang lahir di balik sebuah
sekretariat kecil bernama BNK Sukoharjo.
Perjalanan ini terangkai dalam time line BNK Sukoharjo yang
sudah hampir menyentuh satu dasawarsa. Tentu ini berakar pada konsep sederhana,
yaitu anak muda yang “gila” dan “beda” bisa membuat sebuah fakta yang paling
tidak membuat orang tua mengembangkan senyuman kecilnya dan tidak terguncang
detak jantungnya.
Comments
Post a Comment