Skip to main content

Penanganan Korban Penyalahguna Narkoba Oleh BNN



Setiap lembaga atau instansi yang memberikan layanan perawatan atau rehabilitasi untuk para  pecandu narkoba harus memiliki konsep dan metode yang tepat. Demikian pula dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) yang memiliki kewenangan khusus dalam menjalankan layanan terapi dan rehabilitasi bagi korban penyalahguna narkoba.  
Dalam melayani korban penyalahguna narkoba, BNN secara serius berupaya untuk memberikan layanan perawatan dengan metode yang terintegrasi, seperti rehabilitasi medis yang meliputi detoksifikasi, intoksifikasi, dan rawat jalan. Kemudian BNN juga menyediakan layanan rehabilitasi sosial berbasis Therapeutic Community (TC), dipadu dengan terapi kerohanian dan hipnoterapi.
Pelayanan rehabilitasi di BNN semuanya gratis, kecuali untuk pelayanan berikut ini, yang harus ditanggung oleh keluarga residen :
  • Biaya kesehatan residen yang tidak tersedia/dirujuk
  • Perlengkapan sandang
  • Perlengkapan mandi
  • Makanan kecil tambahan selama mengikuti terapi dan rehabilitasi
Adapun alur pelayanan rehabilitasi medis yang dilakukan oleh BNN adalah mulai dari screening dan intake. Di sini, petugas melayani pendaftaran calon residen, kemudian dilakukan pemeriksaan kesehatan, dan pengisian formulir. Setelah itu, residen menjalani proses detoksifikasi atau pengeluaran racun dari tubuh si pecandu, yang mana pada saat ini merupakan upaya penanganan gejala putus zat dengan menggunakan terapi simptomatik. Artinya petugas tidak membiarkan si pecandu mengalami gejala putus zat tanpa bantuan medis, atau cold turkey. Hal ini perlu diketahui oleh masyarakat luas. Karena banyak di antara masyarakat yang masih menyebutkan bahwa BNN menggunakan metode cold turkey, pada faktanya, BNN menggunakan metode simptomatik, atau memberikan obat pada pecandu sesuai dengan gejala rasa sakit pada saat mengalami gejala putus zat.
Setelah pasien atau yang lebih dikenal dengan residen itu melewati masa detoksifikasi selama dua minggu, maka residen memasuki fase entry unit, atau fase stabilisasi pasca putus zat, yang dijalankan sekitar dua minggu.
Tahapan selanjutnya adalah Primary Program. Pada masa inilah, residen akan mendapatkan layanan terapi berbasis sosial dengan metode Therapeutic Community (TC), selama 6 bulan.
Setelah menjalani masa primary program, residen kemudian memasuki masa Re-Entry. Pada masa ini, residen memasuki masa terapi vokasional dan resosialisasi. Mereka diajari sejumlah keterampilan seperti pelatihan computer, bahasa asing, multimedia, music, otomotif, tata boga, kerajinan tangan dan keterampilan penting lainnya yang dapat jadi bekal bagi mereka untuk kembali ke masyarakat.
Semua proses rehabilitasi yang dilaksanakan oleh BNN tidak pernah memasukkan unsur kekerasan pada para residen. Karena tidak ada satu metode pun, baik itu metode rehabilitasi sosial, ataupun medis yang memasukkan unsur kekerasan.
Usai mendapatkan fase vokasional selama kurang lebih enam bulan, residen pun dapat kembali ke keluarga mereka, atau kembali menjalani terapi lanjutan, atau aftercare. Di Indonesia, selain BNN, masih sedikit lembaga atau instansi yang memfasilitasi para mantan pecandu untuk menjalani aftercare.
Program aftercare memiliki arti yang sangat penting bagi para mantan penyalahguna narkoba. Dalam masa ini, mereka akan lebih ditempa untuk siap kembali ke masyarakat untuk bekerja atau mendapatkan penghasilan sendiri. Mereka butuh kesiapan dan bekal yang lebih maksimal dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya kembali di tengah masyarakat.
Karena itulah, BNN membuat terobosan baru dengan melaksanakan aftercare berbasi konservasi alam. Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Yayasan Artha Graha Peduli melaksanakan program aftercare bagi 10 orang mantan penyalahguna Narkoba (residen), dengan menggunakan metode berbasis kinerja dan konservasi alam di wilayah Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Lampung Barat.
Melalui program aftercare ini diharapkan bagi para mantan pecandu dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan (relapse).  Selain itu juga kembali menjadi pribadi mandiri saat terjun ke masyarakat dan mampu mengoptimalkan kemampuan sesuai potensi yang dimilikinya. Program aftercare ini juga sejalan dengan amanat yang terkandung dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).  

Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini mantan pecandu Narkoba seringkali menemui masalah setelah menjalani rehabilitasi. Masih adanya stigma yang buruk dari sebagian masyarakat sehingga mereka sulit untuk mendapatkan kehidupan yang normal, termasuk untuk mendapatkan pekerjaan. Sementara untuk menghilangkan sifat sugesti pecandu terhadap Narkoba, salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan membuat mereka menjadi produktif. Oleh karenanya upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan mereka berbagai keterampilan dan pelatihan kerja, sebagai bekal saat kembali ke masyarakat nanti.
Di kawasan konservasi alam dan fauna ini, kesepuluh residen yang menjalani program aftercare sejak 30 November 2011 lalu telah menerima berbagai macam pelatihan dan melaksanakan on job training yang disesuaikan dengan minat dan bakat mereka masing-masing, yaitu di bidang food & beverages, memasak, divisi kuda untuk patroli hutan, serta mechanical engineering.  

Dalam program ini setiap residen mengawalinya dengan menjalani proses pembentukan karakter, dimulai dengan tingkat kedisplinan, ketaatan akan perintah dan pengenalan lingkungan. Selama mengikuti program, para residen juga diminta untuk membuat suatu proyek yang dapat diaplikasikan di lokasi konservasi Tambling. Para residen secara bersama-sama mendiskusikan mulai dari tahap perencanaan, pembuatan proposal, proses memproduksi, dan sampai terakhir peresmian proyek tersebut. Proyek ini harus selesai sebelum mereka kembali pulang ke Jakarta. Pada setiap malam usai melakukan aktivitas, para residen berkumpul untuk melaksanakan apa yang disebut reflection hour. Dalam kegiatan ini mereka secara bergantian saling mencurahkan isi hati, baik itu berupa pendapat, masukan ataupun kritik mengenai apa yang mereka alami atau rasakan hari ini kepada rekan-rekannya.

Sebagai bentuk pengabdian bagi masyarakat, para residen bersama fasilitator BNN juga melakukan pelayanan kesehatan gratis dan penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba kepada masyarakat dan siswa-siswi sekolah di Desa Pengekahan, yang terletak di sekitar lokasi TWNC. 





Comments

Popular posts from this blog

Sepeda Ban Gede Enggak Bikin Cape

 Sepeda gendut atau fatbike masih tergolong minim penggemarnya. Hal ini bisa dilihat dari eksistensinya di jalanan, jarang sekali kita lihat sepeda jenis ini. Banyak yang beranggapan, berat lah, capek lah, dan lain-lain sebagainya. Saat orang bilang demikian, saya juga sempet mikir, iya juga kali ya. Apalagi review di Youtube itu sangat sedikit tentang sepeda beginian.  Nah, saya sebenarnya sudah mengincar sepeda gendut ini sejak 3 tahunan lalu. Saat awal-awal pandemi, di mana sepeda jadi booming, dan harganya gila-gilaan. Saat itu, sebenarnya pengen banget meminang sepeda gendut ini, namun karena beberapa alasan akhirnya saya lewatkan. Tapi, dalam tiga tahun itu, saya selalu iseng untuk stalking foto-foto orang lagi gowes pakai sepeda gendut ini.  Keinginan untuk memiliki si sepeda gendut ini kembali muncul di tahun 2023. Bahkan ngebet banget sampai-sampai harus membangun birokrasi yang lebih intensif dan komprehensif dengan  istri tercinta hehehe, untuk bisa membawa si sepeda gendut

Namanya Satria Keenan Arrais

9 bulan 5 hari,  tepat pada tanggal 2 Februari 2013 akhirnya jagoan saya menyapa dunia. Namanya Satria Keenan Arrais, yang artinya seorang pejuang yang memiliki visi tajam dan seorang pemimpin. Tepat lahir di dunia saat azan subuh, hati saya bergetar, senyum terkembang, dan rasa syukur tak terhingga selalu dipanjatkan kepada Allah SWT. Air mata bahagia bercucuran, lalu mengumandangkan azan sambil nangis, gak peduli nadanya fals dan tidak beraturan. Hehe Keenan merupakan anugerah terindah yang pernah saya dapatkan di dunia ini. Ini adalah titipan Allah yang sangat berharga. Campur aduk haru bahagia, tapi di sisi lain,saya harus siap menerima amanah yang maha dahsat ini. Bagaimana tidak, sepanjang hayat saya, saya harus bisa mendidik, membimbing, dan mengarahkan buah hati ini untuk menjadi seseorang yang berakhlak mulia. Proses persalinan istri saya membuahkan cerita unik tersendiri. Tanggal 1 Februari 2013, rencananya saya akan pulang ke Wonogiri mengantarkan istri saya. Karen

Momentum

 Tanggal 1 Juni 2023 akan selalu menjadi pengalaman yang menjadi pelajaran berharga bagi saya.  Bersepeda harusnya menjadi momentum berbahagia, tapi justru ini menjadi nestapa. Kenapa? ya karena karena kurangnya waspada saya kehilangan tas dan seisinya, yaitu dompet berisi surat penting dan ponsel.  Tentu, ini menjadi pelajaran yang sangat mahal bagi saya, keluarga dan orang-orang terdekat saya, agar selalu hati-hati dan waspada dalam menjalankan segala aktivitas.  Pada intinya, saya dijambret. Modusnya, pelaku menggunakan sepeda motor, memepet, meneriaki, dan menepuk pundak saya hingga blank sekitar 2-3 detik, lalu mengambil tas selempang yang melekat di badan. Meski sempat melakukan perlawanan dan berusaha mempertahankan tas, tapi apa daya, momentum itu berada di tangan si penjambret. Momentum hilang tas pun melayang.  Dari situ, saya terus menganalisis dari kejadian yang saya alami. Ternyata momentum itulah yang sangat krusial. Karena seharusnya, dalam momentum kontak mata yang hany