Skip to main content

Konsep Film yang Pernah Saya Lombakan

Tema Film
“Aku dan Pena”
Tema utama dari film ini adalah sebuah kepahlawanan yang ternyata dapat tersalurkan dengan cara sederhana, dan bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk anak kecil sekalipun. Kepahlawanan ini tersaji dalam karakter Jajang, seorang remaja kelas 2 SMP, yang memiliki mimpi untuk menjadi wartawan. Tanpa sengaja mimpi itu ia dapat wujudkan meski dengan hal yang sederhana, dan ia dapat menjadi pahlawan karena dengan kemampuannya menulis, ia dapat membuat sebuah perubahan di lingkungannya.
Ide Dasar
Pada saat awal penulisan, banyak ide yang muncul terkait, akan tetapi penulis jatuh cinta pada alur cerita yang mengisahkan petualangan jurnalistik dengan intrik sederhana. Munculah gagasan untuk menulis sebuah cerita tentang anak desa yang ingin jadi wartawan, dan akhirnya bisa menjadi wartawan dadakan, dan ia bisa menyelamatkan lingkungannya dari kehancuran.
Dengan alur yang sedikit berbau petualangan, penulis ingin menyampaikan pesan bahwa hidup itu memang penuh resiko, dan siapa pun yang bertarung dalam mengatasi resiko besar, maka dia berpotensi untuk menjadi pahlawan.
Pesan yang ingin dibangun dalam film ini adalah tetap bernuansa pendidikan, dengan pendekatan jurnalistik, karena penulis belum melihat banyak film di negeri ini yang berbasis tema jurnalistik. Sehingga penulis memilih genre drama-action, sedikit komedi.
Sinopsis
Jajang, seorang murid kelas 2 SMP Sukamiskin, bercita-cita untuk menjadi wartawan. Untuk mencapai tujuannya, ia rela setiap hari Minggu subuh pergi ke Kota Pataruman (bukan nama kota sebenarnya) untuk menjadi loper Koran. Motivasi yang tancapkan dalam dirinya adalah,  menjadi loper Koran menjadikannya kaya ilmu, karena ia dapat membaca Koran dengan gratis, dan jika berhasil menjual Koran maka ia mendapatkan uang serta hadiah beberapa eksemplar Koran. Hasil Koran yang ia dapatkan ia simpan dan ia arsipkan lewat cara kliping sederhana di rumahnya. Berbagai isu, tajuk rencana, ia simpan dengan rapi dan ia pelajari teknik penulisan yang ada pada semua jenis berita.
Pada suatu hari ia berkenalan dengan seorang Wartawan bernama Ajat Darajat, dari Harian Terbit Terang (fiktif). Perkenalannya dengan wartawan ini membawanya ke dalam sebuah petualangan seru. Ajat yang ingin meliput tentang penebangan liar di desanya Jajang yaitu Cipancur, mengajak Jajang untuk ikut merasakan serunya liputan investigasi.
Upaya peliputan itu tidak berhasil karena Ajat dan Jajang meloncat ke sungai setelah dikejar para penebang liar. Kondisi fisik Ajat melemah, dan ia hanya sanggup menuliskan dua pertiga isi berita. Hingga akhirnya Ajat meninggal,  maka satu pertiga isi berita pun dilanjutkan oleh Jajang, dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan.
Isi tulisan hasil kolaborasi Ajat dan Jajang akhirnya menggemparkan, dan menyeret seorang tokoh pengusaha yang dikenal bersih dan jujur. Dengan berita yang dibuat oleh Jajang dan Ajat, desa Cipancur menjadi selamat dari upaya penebangan liar. 

Comments

Popular posts from this blog

Sepeda Ban Gede Enggak Bikin Cape

 Sepeda gendut atau fatbike masih tergolong minim penggemarnya. Hal ini bisa dilihat dari eksistensinya di jalanan, jarang sekali kita lihat sepeda jenis ini. Banyak yang beranggapan, berat lah, capek lah, dan lain-lain sebagainya. Saat orang bilang demikian, saya juga sempet mikir, iya juga kali ya. Apalagi review di Youtube itu sangat sedikit tentang sepeda beginian.  Nah, saya sebenarnya sudah mengincar sepeda gendut ini sejak 3 tahunan lalu. Saat awal-awal pandemi, di mana sepeda jadi booming, dan harganya gila-gilaan. Saat itu, sebenarnya pengen banget meminang sepeda gendut ini, namun karena beberapa alasan akhirnya saya lewatkan. Tapi, dalam tiga tahun itu, saya selalu iseng untuk stalking foto-foto orang lagi gowes pakai sepeda gendut ini.  Keinginan untuk memiliki si sepeda gendut ini kembali muncul di tahun 2023. Bahkan ngebet banget sampai-sampai harus membangun birokrasi yang lebih intensif dan komprehensif dengan  istri tercinta hehehe, untuk bisa membawa si sepeda gendut

Namanya Satria Keenan Arrais

9 bulan 5 hari,  tepat pada tanggal 2 Februari 2013 akhirnya jagoan saya menyapa dunia. Namanya Satria Keenan Arrais, yang artinya seorang pejuang yang memiliki visi tajam dan seorang pemimpin. Tepat lahir di dunia saat azan subuh, hati saya bergetar, senyum terkembang, dan rasa syukur tak terhingga selalu dipanjatkan kepada Allah SWT. Air mata bahagia bercucuran, lalu mengumandangkan azan sambil nangis, gak peduli nadanya fals dan tidak beraturan. Hehe Keenan merupakan anugerah terindah yang pernah saya dapatkan di dunia ini. Ini adalah titipan Allah yang sangat berharga. Campur aduk haru bahagia, tapi di sisi lain,saya harus siap menerima amanah yang maha dahsat ini. Bagaimana tidak, sepanjang hayat saya, saya harus bisa mendidik, membimbing, dan mengarahkan buah hati ini untuk menjadi seseorang yang berakhlak mulia. Proses persalinan istri saya membuahkan cerita unik tersendiri. Tanggal 1 Februari 2013, rencananya saya akan pulang ke Wonogiri mengantarkan istri saya. Karen

Momentum

 Tanggal 1 Juni 2023 akan selalu menjadi pengalaman yang menjadi pelajaran berharga bagi saya.  Bersepeda harusnya menjadi momentum berbahagia, tapi justru ini menjadi nestapa. Kenapa? ya karena karena kurangnya waspada saya kehilangan tas dan seisinya, yaitu dompet berisi surat penting dan ponsel.  Tentu, ini menjadi pelajaran yang sangat mahal bagi saya, keluarga dan orang-orang terdekat saya, agar selalu hati-hati dan waspada dalam menjalankan segala aktivitas.  Pada intinya, saya dijambret. Modusnya, pelaku menggunakan sepeda motor, memepet, meneriaki, dan menepuk pundak saya hingga blank sekitar 2-3 detik, lalu mengambil tas selempang yang melekat di badan. Meski sempat melakukan perlawanan dan berusaha mempertahankan tas, tapi apa daya, momentum itu berada di tangan si penjambret. Momentum hilang tas pun melayang.  Dari situ, saya terus menganalisis dari kejadian yang saya alami. Ternyata momentum itulah yang sangat krusial. Karena seharusnya, dalam momentum kontak mata yang hany